Salah satu bagian di Secret Garden/rid. |
Mengunjungi Korea Selatan tak bisa dilepaskan dari
sejarahnya. Seperti halnya Jepang, Korsel yang kini sudah menjadi sebuah negara
republik ini berawal dari Dinasti Joseon. Maka dari itu, akan sangat sayang
sekali jika Anda bertandang ke Negeri Ginseng ini tak mengunjungi istana-istana
peninggalan masa lalu yang masih terjaga dengan sangat baik hingga saat ini.
Setidaknya ada lima istana besar yang terletak di Seoul,
yakni Gyeongbokgung, Changdeokgung, Changgyeounggung, Gyeonghuigung, dan
Deoksugung. Dari empat istana ini, Gyeongbokgung lah yang terbesar dan menjadi main palace. Meskipun istana-istana ini
sempat dibakar di masa invasi Jepang ke Korea, pemerintah kemudian
merestorasinya dan mempertahankannya sesuai dengan aslinya.
Sayangnya, saya hanya sempat mengunjungi tiga istana
(Gyeongbokgung, Changdeokgung, dan Changgyeounggung) ketika berada di Seoul,
Oktober lalu. Namun, itu sudah lebih dari cukup untuk belajar sejarah masa lalu
negara empat musim ini.
Dari ketiga istana itu saya benar-benar jatuh hati pada
Secret Garden, sebuah tempat yang menjadi bagian dari istana Changdeokgung yang
dibangun pada tahun 1405. Tak seperti bagian dari istana lain yang boleh
dimasuki para pengunjung tanpa pemandu wisata atau guide tour kapan saja, hanya pada jam-jam tertentu Secret Garden
atau Huwon boleh dikunjungi.
Bagian dari istana utama, Gyeongbokgung/rid. |
Saya dan kawan seperjalanan saya pun bertanya-tanya mengapa
dinamakan Secret Garden atau Rear Garden. Maka kami pun membayangkan taman yang
besar dan dilengkapi kolam serta paviliun khas istana Korea. Dugaan kami tak
sepenuhnya salah, memang ada taman, kolam dan paviliun, tetapi aslinya tempat
ini sungguh indah.
Kami dan belasan turis asing lainnya dipandu oleh pemandu
berbahasa Inggris memasuki kawasan Secret Garden. Nuansa sejuk berlatar
hijaunya pohon menyambut kami begitu melewati gerbang dengan Huwon. Konon hanya
keluarga kerajaan yang diperbolehkan datang ke sini. Sebab tempat yang juga
disebut Geumwon atau Biwon ini untuk tempat relaksasi keluarga raja.
“Istana ini adalah favorit raja. Sebab memang diperuntukkan
untuk tempat istirahat. Maka dari itu, sebagian besar diisi taman, yang paling
menyenangkan adalah Secret Garden ini,” ujar pemandu kami yang bahkan tampil
lengkap berpakaian tradisional Korea, Hanbok.
Dan benar saja Secret Garden langsung bikin saya jatuh
cinta. Luas sebenarnya taman tersembunyi ini mencapai 32 hektar. Di dalamnya
tumbuh tanaman yang jumlahnya lebih dari 26.000 buah yang berasal lebih dari
ratusan jenis spesies yang berbeda. Bahkan, dari berbagai jenis pohon itu ada
yang berumur lebih dari 300 tahun.
Sejumlah bangunan yang ada di Huwon ini juga sangat berbeda
dari bagian lain di istana Changdeokgung. Semuanya dibangun sesuai dengan
selera sang raja yang ternyata lebih sederhana dari bangunan lainnya. Warna
paviliunnya pun sangat alami, coklat dan putih, sesuai warna alam.
Berada di sini saya seperti tak mau pulang, sangat nyaman,
tenang, dan sejuk. Kami tak menyangka ada tempat seperti ini di tengah
hingar-bingar kota supersibuk Seoul ini. Saya seperti berada di tengah hutan
terpencil, hahaha.
Bagian dari istana utama, Gyeongbokgung/rid. |
Berkunjung ke istana Gyeongbokgung adalah yang paling
melelahkan. Bagaimana tidak capek mengelilinginya jika istana yang dibangun
pada tahun 1395 dan menjadi lambang kebesaran Dinasti Joseon ini memiliki luas
mencapai 40 hektar. Bahkan awalnya istana ini punya 7.700 kamar dengan total
500 buah bangunan di dalamnya.
Belajar sejarah dari tempat sekeren ini memang tak akan
pernah bosan. Apalagi ternyata main
palace ini berdekatan dengan Blue House atau Cheong Wa Dae, istana
kepresidenan Korsel. Sebuah kesempatan yang langka bisa melihat bangunan
penting ini yang dulu hanya saya tahu dari drama Korea City Hunter yang
dibintangi superstar Korea, Lee Minho atau serial Three Days yang dibintangi
Park Yoo Chun, personel boy band JYJ.
Akan tetapi, saya sempat khawatir tak bisa melihat Blue
House lantaran kami mesti melewati gerbang yang dijaga banyak polisi. Para
pengunjung dengan penampilan “agak” mencurigakan pun jadi sasaran petugas
keamanan ini. Saya pun tak luput dari perhatian mereka karena penampilan saya
yang memang berbeda, berjilbab. Petugas baru memperbolehkan saya lewat setelah
menanyakan dari negara mana saya berasal.
“Kenapa ditanya macam-macam seh. Kita kan enggak mau
ngapa-ngapain,” kata teman saya.
Istana Kepresidenan Blue House atau Chong Wa Dae/rid. |
Saya pun sudah mempersiapkan diri untuk hal-hal semacam ini.
Selain warna kulit kami yang jelas berbeda dengan orang Asia Timur, penutup
kepala yang saya kenakan memang selalu menjadi perhatian. Entah itu di mall, subway, hingga di jalan. Namun,
saya kira itu tak jadi soal karena kami datang dengan maksud baik dan tak
berbuat macam-macam.
Jika bosan dengan wisata jenis ini, Anda bisa memilih yang
lebih modern seperti mengunjungi Namsan Tower atau Seoul Tower. Di tempat ini
Anda bisa menyaksikan view Kota Seoul
dari ketinggian dengan naik cable car.
Seoul yang sibuk di siang hingga sore hari atau Seoul yang cantik penuh lampu
warna-warni di malam hari.
Jangan lupa pula sempatkan mampir di Bukchon Hanok Village.
Tempat ini adalah kampung tradisional Korea. Awalnya ini merupakan pemukiman
dan tempat tinggal para pejabat dan anggota keluarga kerajaan Dinasti Joseon.
Kini sudah menjadi aset pribadi dan sering kali dijadikan tempat pengambilan
gambar untuk film, drama, hingga foto
prewedding.
Atau jika ingin menghabiskan seluruh isi dompet, Seoul
adalah surganya belanja. Ada banyak pilihan tempat belanja barang branded di
Doota, COEX mall atau Lotte Mart, hingga di tempat berharga miring seperti di
Dongdaemun dan Myeongdong. Jika ingin souvenir khas Korea Anda bisa pergi ke
Insadong, atau ingin bergaya anak muda bisa mampir ke Hongdae. Gembok cinta di Namsan Tower/rid. |