King Sejong Statue di Gwanghamun Square, Seoul, Korea Selatan/rid. |
Drama tak seindah
kenyataan. Mungkin kalimat itulah yang sekiranya pantas menggambarkan
sedikit cerita dari hasil melakukan kunjungan singkat ke sebuah negeri di Asia
Timur, Korea Selatan. Padahal dibanding pergi ke negara yang terkenal dengan K-Pop
ini saya sebenarnya lebih penasaran untuk pergi ke negara satu daratan mereka,
Korea Utara. Tapi apa daya, mekanisme yang mesti saya lewati untuk mendapatkan
izin ke negara yang cukup tertutup itu terbilang rumit.
Maka perjalanan nekat untuk menyambangi tanah kelahiran King
Sejong itu terlaksana juga di awal Oktober lalu. Meski pada mulanya saya sempat
dibuat deg-degan lantaran visa baru
keluar sepekan jelang keberangkatan. Akhirnya sampai juga di Korsel, tepatnya
di Seoul.
Namun, ini justru membuat saya mengerti bagaimana berurusan
dengan surat izin ke luar negeri di luar Asia Tenggara hingga mengatur tempat
tinggal selama berada di Korea. Semua saya lakukan untuk kali pertama. Saya
kira ini pengalaman yang sangat berharga yang tak bisa Anda dapatkan jika
sekadar mengikuti trip sebuah travel
agent.
Sebelum menjejakkan kaki saya ke surganya K-Pop ini mungkin
ekspektasi saya terlalu tinggi. Maklum, saya mengenalnya Negeri Ginseng ini lewat
drama, ikon musik K-Pop yang melejitkan nama-nama besar seperti Big Bang, Super
Junior, 2NE1, SNSD, dsb hingga para atletnya macam Lee Yong Dae (pebulu
tangkis) dan Park Ji Sung (pesepak bola).
Maka yang tertanam dalam ingatan saya, Korea Selatan adalah
sebuah tempat yang sangat menyenangkan seperti dalam serialnya. Tempatnya yang indah
sampai betapa ramah dan santunnya negara yang kini dipimpin oleh seorang
presiden perempuan untuk kali pertama, Park Geun Hye.
View Han River dari Namsan Tower, Seoul/rid. |
Memori saya ini tak semuanya salah. Sebab ketika sesekali
tersesat karena bingungnya menggunakan subway,
orang Korea selalu mau dimintai tolong. Bahkan, tak jarang dari mereka mengantarkan
saya ke jalur yang tepat, yang seharusnya saya pilih.
Sebenarnya tak sepenuhnya hal indah itu hilang dari ibu kota
Korsel yang mengusung slogan Hi Seoul
ini. Hanya beberapa hal membuat saya sedikit mengalami culture shock. Saya kira sebagai orang Timur mereka masih sangat
berpegang teguh dengan tata krama adat ketimuran, terutama soal hubungan khusus
lelaki dan perempuan.
Di kota yang menjadi salah satu kota terbesar di dunia ini
tak berlaku kata tabu. Tabu bagi para pasangan untuk saling mengumbar kemesraan
di depan umum. Mungkin jika sekadar saling berpegangan tangan itu pun juga
banyak dilakukan di Indonesia. Tapi jika adegan kamar seperti berpelukan, skin ships yang kelewat batas hingga berciuman
itu bisa dilakukan di sembarang tempat, membuat saya sangat shock. Mereka tak malu melakukannya di
jalan, subway, mall, stasiun, di mana-mana.
Padahal dalam drama mereka memperlihatkan betapa tak
mudahnya untuk mengenal satu sama lain hingga bagaimana sopannya jalinan cinta
kasih mereka. Meski memang setiap drama selalu ada adegan ciuman dan
berpelukan.
Sepasang kekasih Korea tengah menghabiskan waktu di Namsan Tower, Seoul/rid. |
Seorang kawan saya yang baru saja menamatkan studi Sastra
Korea di sebuah universitas pun berani mengatakan apa yang tengah menjadi trend di Korsel adalah budaya barat yang
kebablasan. Cerita-cerita jelek pun mengiringi fenomena ini. Mulai dari jika
pacaran itu pasti sudah melakukan hubungan layaknya suami istri, sampai berapa
lamanya jalinan cinta ini berjalan sesuai dengan bagaimana lihainya mereka di
atas ranjang.
“Ya, emang mereka begitu mbak. Orientasinya ya bisa sekolah
bagus, punya karier tinggi dan tentunya pasangan. Jangan kaget kalau mereka
tebar kemesraan di jalan, mbak,” tutur Alvi, kawan saya tamatan Sastra Korea
ini.
Saya seperti ingin tidur saja ketika seorang teman Korea dan
pacarnya menemani saya di hari pertama saya di Seoul. Tingkah mereka membikin
saya ingin segera pulang ke guest house
dan tidur. Kadang hal semacam ini saya jadikan bahan bercanda dengan kawan
perjalanan saya. Lantaran kami hanya pergi berdua dan sama-sama perempuan.
Pergi ke tempat seeksotis ini tanpa teman lelaki atau ditemani pacar, hahaha.
Selain euforia K-Pop, Korsel juga dikenal sebagai surganya
dunia kosmetika dan fashion. Hampir di setiap sudut Kota Seoul toko kosmetik
menjamur seperti kacang goreng. Jadi jangan heran jika sepanjang jalan di sini
hanya akan bertemu laki-laki dan perempuan cantik nan stylish. Berbagai merek kosmetik pun laku keras. Tak heran jika
baik perempuan atau lelaki sama hobinya, dandan.
Mereka juga punya selera tinggi soal gaya berpakaian. Saya
seperti ada di catwalk lantaran
melihat mereka begitu mahir memadupadankan baju dan aksesoris lainya macam
topi, syal, gelang hingga sepatu. Persis seperti yang ada di drama, Jjang !
Sebaliknya beberapa di antara mereka heran melihat pakaian
saya. Tatapan penasaran mengiringi keberadaan saya di beberapa spot, seperti di subway, jalan dan tempat lainnya. Saya mafhum karena saya
mengenakan jilbab. Mungkin mereka heran mengapa saya memakai penutup kepala dan
mengenaikan pakaian serba panjang.
Saya dan teman-teman asli Korea di Buckhon Hanok Village. |
Bahkan, serombongan mahasiswa mengajak saya berkenalan
ketika saya mengunjungi Bukchon Hanok Village di kawasan Gyedong-gil, Jongno-gu.
Selain penasaran dengan pakaian, rok, dan jilbab yang saya kenakan, mereka
ternyata pernah belajar Bahasa Indonesia. Mereka pun asyik berbahasa dan
sedikit kaget karena saya membalas obrolan mereka dengan Bahasa Korea.
Satu hal yang membikin saya ingin kembali ke sini suatu hari
nanti, meski terkesan individualis, orang Korea itu ramah. Saya jadi ingat
ketika pergi ke Haneul Park di kompleks World Cup Stadium di Seongsan-dong,
Mapo-gu, ada ibu-ibu yang menawari kami makan kacang kenari. Begitu pula
ketika berjumpa ahjussi (sebutan
untuk paman) di tempat ini. Meski ia tak bisa berbahasa Inggris, ia rela
mencarikan jalan untuk kami yang ingin melihat Hangang River. Bahkan, ia
memberikan bekal makanan dan minuman yang dibawanya untuk kami.
Atau saya juga ingin kembali ke Busan untuk mengunjungi
kawan sekaligus saudara kami yang baru. Ia berbaik hati menawarkan tempat
menginap di apartemennya yang punya pemandangan luar biasa dari balik
jendelanya.
Taman di Gyeongbokgung Palace, Seoul/rid. |
mungkin budaya semacam "itu" sebentar lagi masuk Indonesia :D
BalasHapusnice, post! :)