Haneul Park di kompleks World Cup Stadium, Mapo-gu, Seoul/rid |
Satu-satunya alasan mengapa saya ingin sekali pergi ke
Haneul Park adalah karena saya termakan drama Korea berjudul Angel Eyes yang
dibintangi oleh Go Hye-sun dan Lee Sang-yoon yang tayang April hingga Juni
tahun lalu. Dalam sejumlah scene,
kedua artis kawakan Korea itu beradu akting di tangga berlatar pemandangan Kota
Seoul dan Sungai Han.
Sejak kepincut tempat itu, saya langsung punya ide sedikit
gila seandainya saya bisa ke Korea, maka saya harus menemukan tempat itu. Saat
itu saya tak tahu apa nama tempat yang digunakan untuk syuting serial tersebut.
Alhasil, saya mencari lewat dunia maya taman-taman yang unik di Seoul.
Beruntung, teman dari kawan saya, Ata, teh Nia, sudah paham
seluk beluk Seoul. Ketika Ata bercerita kepada teh Nia, ia langsung paham soal
taman yang saya maksud. Betapa senangnya seandainya saya bisa menjejakkan kaki
di tangga kayu berlatar pemandangan Kota Seoul itu.
Kesempatan untuk menjelajahi Haneul Park tak saya lewatkan
ketika saya akhirnya memijakkan kaki di Negeri Ginseng ini, Oktober tahun lalu.
Kunjungan ini saya lakukan dengan kawan seperjalanan saya, Ata, sebelum pergi
ke YG Building. Kedua tempat ini memang berada di satu kawasan di Mapo-gu,
Seoul. Hanya, jika Haneul Park terletak di kompleks World Cup Stadium di Seongsan-dong,
sedangkan YG Building di Hapjeong-dong.
Bagian depan Haneul Park/rid |
Sesampainya di World Cup Stadium, saya sempat dibuat bingung
di mana letak Haneul Park. Maklum, saking luasnya kompleks stadion yang pernah
digunakan untuk Piala Dunia 2002 ini. Satu lagi yang bikin pusing, papan
petunjuk di sana hanya ada dalam bahasa dan huruf Hangul.
Alhasil, saya mondar-mandir enggak jelas di depan stadion
dan berharap mungkin ada warga sekitar yang melintas. Saat itu bukan akhir
pekan jadi tak heran jika kompleks yang biasa digunakan untuk berolahraga ini
cukup sepi. Pencarian itu kian bikin putus asa lantaran hujan turun tanpa
permisi. Perjalanan hari itu memang salah di awal karena kami tak mengecek
prakiraan cuaca. Hujan siap mengguyur Kota Seoul baru saya sadari ketika di subway hampir semua orang menenteng
payung.
Satu pelajaran lagi saya dapatkan. Prakiraan cuaca yang bisa
dicek lewat aplikasi handphone atau
dilihat dari televisi di Korea terbilang akurat. Jika hari itu diperkirakan
hujan, maka mereka pasti membawa payung. Jas hujan jelas sulit ditemukan karena
di sana orang jarang mengendarai motor tak seperti di sini.
Keberuntungan sepertinya berpihak kepada kami berdua ketika
mencoba bertanya pada seorang ahjussi,
sebutan untuk paman dalam bahasa Korea, yang tengah memarkir mobil di bahu
jalan raya sebelah stadion. Kami sempat ragu apakah ia bisa berbahasa Inggris
atau tidak. Tapi, kalau di sana tak nekat bertanya saya yakin bakal tersesat
terus.
“Annyeonghaseo,
ahjussi. Do you know where is it Haneul Park?” tanya kami kepada paman yang
kemungkinan seorang teknisi atau tukang reparasi mengingat di dalam mobilnya
terdapat berbagai peralatan.
Ia pun langsung menjawab dengan bahasa Ibunya, Korea. Saya dan
Ata langsung saling berpandangan tanda tak paham. Ya, kami memang hanya sedikit
mengerti bahasa Korea. Tapi, kalau diucapkan begitu cepat seperti itu mana kami
paham.
“Haneul Park, Ahjussi.
Do you know it?” ulang Ata.
Syukurlah, sang paman tampaknya menangkap apa yang kami
maksud. Ia lalu menunjukkan arah yang mesti kami lalui untuk sampai ke sana. Kalau
seperti ini jelas kami tak bisa sampai karena benar-benar tak paham apa yang ia
ucapkan. Tanpa diminta si paman lalu mengambil secarik kertas dan pulpen dari dashboard mobilnya dan mulai menggambar
semacam peta.
Ia kemudian menandai beberapa titik yang harus kami lewati
hingga sampai di Haneul Park. We’ve got
it ! Kami pun tak lupa mengucapkan terima kasih yang sangat banyak atas
bantuannya dan segera menyeberang ke arah berlawanan karena ternyata letak
taman itu berseberangan dengan World Cup Stadium.
Haneul Park/rid |
Saya kira kami memang sudah sampai di Haneul Park ketika
sudah terlihat papan nama yang cukup besar. Pada kenyataannya itu baru pintu
masuk karena taman yang sesungguhnya ada di atas bukit. Kami harus berjalan
kaki beberapa kilometer untuk sampai ke sana.
Apesnya, saat itu hujan turun tanpa ampun. Beruntung di
pintu masuk itu disediakan semacam shuttle
bus bagi pengunjung yang tak mau bercapek ria jalan kaki ke atas dengan
membayar beberapa ribu won. Sebenarnya sayang kalau mesti merelakan uang saku yang
cukup berharga demi menaiki kendaraan pengantar ini. Tapi, tak ada jalan lain
kecuali kalau kami ingin hujan-hujanan dan itu bukan pilihan bagus.
Kami mesti berteduh lagi karena hujan kian deras. Saya dan
Ata pun berkumpul berbagi tempat dengan sejumlah anak TK yang sedang menggelar
acara di sebuah gazebo yang tak terlalu besar di samping taman. Saya langsung terpesona
betapa indahnya taman ini. Sejauh mata memandang dimanjakan dengan warna hijau
ilalang yang membentang sepanjang taman. Di sisi depan terhampar bunga-bunga
berwarna ungu, merah, dan putih.
Setelah hujan mereda dan menyisakan gerimis kecil, misi
mencari tangga Haneul Park dimulai. Belum juga masuk taman yang ditumbuhi
ilalang panjang itu, kami bertegur sapa dengan seorang ahjussi. Dengan bahasa
Korea yang begitu cepat, kami sedikit menangkap maksudnya bahwa ia ingin difoto
dengan latar taman. Saya dan Ata tak sendiri. Di sekeliling kami banyak para
orang tua seperti ahjussi dan ahjumma yang turut menikmati taman ini.
“Mbak, kok kebanyakan
orang tua ya. Anak mudanya jarang banget. Jangan-jangan ini taman khusus orang
tua,” seloroh Ata.
Kami sepertinya baru sadar karena sepanjang jalan banyak
kami temui para orang tua. Tapi, itu tak jadi soal yang terpenting kami sudah
sampai di sini dan sayang jika mesti balik kanan mengingat apa yang harus kami
tempuh untuk sampai di taman sekeren ini.
Yang bikin saya tambah kagum sebenarnya adalah awal mula
bagaimana Haneul Park ini ada. Ternyata taman ini dulunya adalah gundukan
sampah. Kota semotropolitan dan sepadat Seoul jelas menyisakan sampah yang
sangat banyak di tahun 1993. Pada tahun 1994 pemerintah mulai mengubah kawasan
sampah itu menjadi taman. Total ada enam taman di kompleks World Cup Stadium
demi mendukung penyelenggaraan Piala Dunia 2002 saat Korea menjadi tuan rumah
bersama Jepang.
View dari Sungai Han dari Haneul Park/rid |
Haneul dalam bahasa Korea berarti sky alias langit adalah yang paling tinggi di antara kelima taman
lain. Luasnya mencapai 192.000 meter persegi. Terdapat sebuah jembatan di atas
jalan raya yang terkoneksi langsung dengan stadion. Taman ini juga dilengkapi
291 anak tangga yang bisa membawa kita ke puncak taman. Dan tangga inilah yang
saya cari.
Sebelum berputar lebih jauh ke dalam taman, kami pun duduk
sebentar di rest area yang berada di
depan taman. Di kanan kiri kami banyak nenek-nenek dan ahjumma yang saling
mengobrol sambil memakan bekal mereka di gazebo.
Betapa senangnya ketika ada dua orang nenek yang menawari
kami untuk bergabung makan bersama. Bukan makan besar, tapi berbagi kacang
kenari dan entah teh atau kopi hangat yang mereka bawa. Saya sempat kesulitan
bagaimana mengupas kacang kenari yang sangat keras ini sehingga salah satu dari
mereka mempraktikkan caranya.
Kami sebenarnya hendak berlama-lama di sana, tapi mengingat
luasnya taman yang mesti kami kelilingi plus misi mencari tangga keramat yang
belum ketemu membuat kami menolak ajakan sang nenek untuk makan bekal utama
mereka.
Tapi, kebingungan lagi-lagi melanda. Ketidaktahuan arah
membikin kami berdua seolah berputar-putar di tempat yang sama. Apalagi ilalang
yang tumbuh begitu tinggi membuat kami tak bisa melihat jalan yang jelas
kecuali jika berada di tempat yang lebih tinggi.
Demi apa, kami mendadak berjumpa lagi dengan ahjussi yang sempat meminta kami foto di
depan taman. Keinginan untuk mengobrol menguap karena ia tak bisa berbahasa
Inggris, sedangkan kami tak mahir bahasa Korea. Singkat kata kami ingin melihat
Sungai Han dari taman ini. Dengan bahasa tubuh dan antah berantah, ahjussi itu seperti meminta kami
mengikutinya.
Ata (kiri), ahjussi (tengah), kenalan kami/rid |
Kami memang belum menemukan 291 anak tangga yang
diidam-idamkan, namun pemandangan yang ia tunjukkan kepada kami bikin mulut
kami ternganga. Entah apa jadinya kalau ia tak ada, kami tak bakal ketemu
dengan tempat keren berlatar Sungai Han plus jembatan yang berdiri gagah
membelah sungai paling besar di Korea itu.
Orang Korea benar-benar ramah. Kebaikan ahjussi yang tak sempat kami ketahui namanya itu tak berhenti di
situ. Sebelum beranjak pergi ia bahkan menyerahkan bekal makanan dan mimunan
yang dibawanya untuk kami. Satu kantong plastik berisi beberapa snack dan minuman kemasan. Tak ada yang
bisa kami lakukan selain berterima kasih sangat atas kebaikannya. Mengantar kami
melihat Sungai Han hingga memberi bekal makanan.
Persahabatan tak perlu harus memahami bahasa yang sama atau
bangsa yang sama, kan? Kebaikan juga tak perlu menanti untuk dilakukan dengan
mengenal kita terlebih dulu, bukan? Kami mendadak teringat hari-hari pertama
tiba di Korea, tersesat di beberapa stasiun
subway yang bikin panik. Setiap tersesat selalu ada warga setempat yang
dengan senang hati membantu menunjukkan jalan. Meskipun, mereka mungkin tak
paham bahasa kami dan tak bisa berbahasa Inggris dan tak kenal kami. Jadi terharu...
Tak apalah saya belum bisa menemukan tangga ajaib itu hingga
kami memutuskan meninggalkan taman ini. Untungnya, hujan reda dan kami
memutuskan berjalan kaki turun dari bukit keren luar biasa ini. Saya sempat
ragu memilih jalan yang berbeda dengan jalan yang kami lalui saat berangkat.
Pilihan saya seakan membawa berkah karena saya akhirnya
bersua dengan 291 anak tangga Haneul Park. Sayang, kami tak bisa melewatinya
karena dalam masa perbaikan. Apa pun itu saya sangat bersyukur karena
angan-angan aneh saya terwujud sudah. Berdiri di antara anak tangga lalu berfoto
bernarsis ria berlatar Sungai Han. What a
wonderful day ever !
291 anak tangga di Haneul Park/rid |
sering dengar kata ahjussi ketika nonton drama korea :D
BalasHapusiya mas, ahjussi itu sapaan buat paman gitu, hahaha
Hapus291 anak tangga? ngebanyangin pegelnya kaki pas naik :D
BalasHapuskalau buat turun seh oke-oke aja mas, kalau naik mungkin cocok banget buat yang diet, hihihihi
Hapusnice post!!
BalasHapusini salah satu tempat yang masuk itinerary tapi gak kesampean pas lagi di Seoul... #menyesalbelakangan
hahaha, aku tahu solusinya, sista....
BalasHapusbalik lagi ke sana, wkwkkwkwkwkwk