Sabtu, 13 Juli 2013

Ritual Potong Rambut Gimbal Dieng: Dari Tempe Gembus sampai Wedhus



Ritual pemotongan rambut gimbal di Dieng, Minggu (30/6).(rid)

Alira, gadis kecil berusia tiga tahun itu bergelayut mesra di pangkuan sang ibu. Sekilas tak ada yang berbeda dengan gadis cilik ini. Namun, pagi itu Minggu (30/6), merupakan hari yang bersejarah bagi si kecil Alira. Gadis kecil berkulit sawo matang ini sangat istimewa bagi masyarakat Dieng, sebuah kawasan dataran tinggi yang terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, di Jawa Tengah.
Saat lahir, ia sama dengan bayi lainnya. Namun, suatu ketika Alira mengalami demam tinggi. Pasca kejadian itu rambutnya yang lurus menjadi gimbal. Bukan Alira saja yang mendapatkan keistimewaan ini. Anak berambut gimbal merupakan satu aset yang amat berharga di wilayah ini. Warga Dieng percaya bahwa anak-anak berambut gimbal merupakan keturunan dari leluhur pendiri Dieng dan ada makhluk gaib yang menjaga mereka.
Rambut gimbal bukanlah genetik yang bisa diwariskan secara turun temurun. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan dan siapa anak yang akan menerima anugerah ini. Konon leluhur Dieng, Ki Ageng Kaladite berpesan agar masyarakat setempat senantiasa menjaga anak yang memiliki rambut gimbal ini.
Mereka tidak akan selamanya berambut gimbal. Anak-anak itu akan menjalani sebuah proses pemotongan rambut karena jika dibiarkan hingga tumbuh dewasa maka dipercaya akan membawa musibah bagi keluarganya. Namun, ritual ini tidak boleh sembarangan dilakukan. Konon, sang anak yang bisa menentukan kapan ia mau dipotong rambutnya. Sembari mau dipotong, anak itu juga memiliki permintaan khusus. Jika keinginannya belum dituruti, maka gimbal di rambutnya akan terus tumbuh meski sudah dipotong berkali-kali.  

Pencucian rambut di Sendang Sedayu, Dieng, Minggu (30/6). (rid)
Prosesi ini melalui beberapa tahapan. Sesulit apapun, seaneh apapun permintaan si anak orang tua wajib menurutinya. Keinginan ini pun harus ditunaikan saat prosesi pemotongan rambut. Mereka meminta mulai dari hal yang biasa-biasa saja hingga sesuatu yang dianggap aneh maupun sulit untuk dipenuhi.
Suatu hari di penghujung Juni lalu, ada tujuh anak yang sudah menentukan waktunya untuk potong rambut. Saya berkesempatan menyaksikan ritual ini yang dikemas dalam sebuah acara bertajuk Dieng Culture Festival. Alira termasuk salah satu dari tujuh anak yang menjalani ritual ini. Permintaan gadis cilik ini sangat sederhana. Putri dari pasangan Ali dan Fera, warga Sumberan, Banjarnegara itu hanya meminta lima biji jambu air merah dan tempe gembus.
Keinginan yang terbilang sederhana itu juga dilontarkan Tita, anak dari Slamet Mizar yang berusia lima tahun. Tita hanya meminta sebuah topi yang harus dibeli di toko yang ada karakter kartun Micky Mouse.
“Saat lahir rambutnya biasa saja, tetapi ketika umur setahun, Tita badannya panas dan rambutnya menjadi gimbal,” tutur sang ibu sambil menggendong Tita di punggungnya.
Ibu Mizar pun bercerita jika Tita yang meminta sendiri untuk dibelikan topi. Warga Desa Blederan, Mojo Tengah ini senang putrinya itu sudah melewati prosesi potong rambut. Ia berharap, putri kecilnya itu bisa sehat dan hidup penuh berkah. Ia sendiri tak pernah menyangka bakal menerima anugerah lewat Tita. Apapun yang terjadi, sang ibu bersyukur anaknya bisa tumbuh seperti layaknya anak seusianya.
Jika Alira dan Tita meminta tempe gembus dan topi, berbeda halnya dengan Nuria. Nuria yang berusia tujuh tahun itu menginginkan seekor kambing. Permintaan itu pun ditunaikan oleh Bupati Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo. Sang bupati menyerahkan langsung kambing itu kepada Nuria sesaat sebelum pemotongan rambut yang digelar di Kompleks Candi Arjuna, Dieng.
Ritual pemotongan rambut gimbal di kompleks Candi Arjuna.(rid)

Sementara Lista menginginkan perhiasan berupa cincin, petasan kembang api dan sepeda warna merah. Permintaan ini langsung diluluskan Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno yang memenuhi keinginannya. Lista sempat meronta-ronta saat akan dipotong rambutnya. Namun, air matanya seketika lenyap berganti dengan senyum ketika ia mendapati sepeda kecil warna merah di hadapannya.
Putri dari Latif, warga Desa Curug ini dengan antusias tinggi langsung menjajal sepeda mearh barunya di pelataran candi. Ia tak peduli kerikil serta batu yang ada di halaman candi menghambat laju sepedanya. Sang ayah pun tampak sabar mendampingi putri kecilnya sembari memegangi sepeda.
Perhiasan berupa cincin juga diminta Sasa, gadis kecil berumur enam tahun asal Silandak, Mojo Tengah. Putri dari Jaozi ini hanya menyodorkan satu permintaan itu yang kemudian dituruti oleh kedua orang tuanya. Sasa menyunggingkan senyum saat menerima cincin itu.
Lain lagi dengan Argifari Yulianto. Satu-satunya anak lelaki yang menjalani upacara potong rambut ini memang paling istimewa. Selain hanya dia yang anak lelaki, Argifari juga memiliki rambut gimbal penuh. Sebelum dicukur, rambutnya cukup lebat dan dipenuhi dengan gimbal. Jika beberapa anak lainnya memiliki gimbal hanya di beberapa bagian saja, gimbal hampir keseluruhan menutupi rambut bocah berusia tujuh tahun ini.
Argifari pun menyodorkan keinginannya berupa seekor ikan merah berukuran besar. Anak dari pasangan Tri Basuki dan Naryati ini juga merengek-rengek saat hendak dipotong. Duta Besar Slovakia untuk Indonesia, Stefan Rozkopal yang turut menghadiri upacara ini mendapat kesempatan mencukur rambut Argifari sembari menyerahkan ikan merah besar sesuai dengan keinginan Argifari. 
Lista menjajal sepeda baru warna merah usai potong rambut. (rid)
Sedang Mazaya Filza Labibah menginginkan perhiasan berupa kalung dan gelang serta sebuah baju pesta. Kejadian aneh sempat menimpa Mazaya yang kini tinggal di Bekasi, Jawa Barat ini. Gadis kecil enam tahun ini bukan kali pertama dicukur. Sebelumnya, putri pasangan Sofyan Khadafi dan Agustrini ini sudah dua kali potong rambut. Namun, sang anak selalu mengalami sakit usai dicukur.
“Jika keinginan anak itu belum terpenuhi, gimbalnya akan terus tumbuh. Dia juga akan sakit terus-terusan. Kalau ada yang sampai dipotong lebih dari sekali dan masih tumbuh lagi itu berarti permintaan si anak belum keturutan,” ungkap salah satu Pemangku Adat Dieng, Sumaryono.
Sebelum dipotong di Kompleks Candi Arjuna anak-anak berambut gimbal ini dimandikan dengan air dari 7 mata air, diarak dan dilempari beras kuning dan uang koin. Setelah itu baru kemudian dilakukan pemotongan rambut gimbal. Potongan rambut gimbal ini lalu dilarung di Telaga Balekambang yang letaknya bersebelahan dengan kompleks candi.(rid)

2 komentar:

  1. waa seru ya mba, pengen juga insya Allah tahun depan bisa ikutan nonton ^^

    BalasHapus
  2. iya mbak, silakan berkunjung taun depan...

    BalasHapus