KLCC, Twin Tower, KL, Malaysia/rid |
Bepergian ke luar negeri untuk kali pertama menjadi
pengalaman yang luar biasa. Apalagi perjalanan singkat berdurasi empat hari ini
saya lakukan sendiri. Saya memutuskan membayar kekecewaan saya lantaran gagal
bertandang ke rumah sahabat saya di pesisir pantai selatan Thailand dengan
mengunjungi negeri tetangga Malaysia.
Kuala Lumpur pun menjadi pilihan sekalian berkunjung ke
rumah saudara. Maka Rabu-Sabtu (25-28/9) adalah waktu yang tepat untuk menengok
negeri sebelah. Seharusnya saya berangkat ke Thailand Kamis (19/9), via LCCT,
Kuala Lumpur – Alor Setar. Akan tetapi, rencana itu berubah total karena
kondisi badan yang tidak memungkinkan. Setelah diundur sepekan, Rabu berikutnya
perjalanan dimulai via Bandara Adi Sutjipto, Jogjakarta.
Sebagian penumpang pesawat dengan tujuan KL ini adalah tenaga
kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Malaysia. Saya sempat ngobrol dengan
seorang ibu asal Jogja yang telah bekerja selama lima tahun di Kuala Lumpur.
Kepulangannya ke Tanah Air adalah untuk menikahkan anak perempuannya. Meski
sudah berusia hampir setengah abad ia masih ingin mencari rezeki di luar yang
jauh dari kampung halamannya. Bahkan, ia belum berencana kapan ia akan
benar-benar pulang ke rumahnya di Jogja. Mungkin suatu hari nanti saat ibu
berambut sebahu ini merasa tanggung jawabnya untuk menghidupi keluarganya di
kampung sudah paripurna.
Petugas imigrasi pun menilisik lebih jauh dengan
mengutarakan beberapa pertanyaan seputar kepergian saya ke KL. Maklum, paspor
warna hijau milik saya itu masih benar-benar bersih. Dan ini untuk kali pertama
saya mendapatkan stempel imigrasi, hahaha.
Karena maskapai yang saya naiki adalah milik Malaysia segala
instruksi pun berbahasa Melayu dan Inggris. Ada beberapa kata yang membuat saya
tertawa terbahak-bahak. Sebab, jika bahasa Melayu itu disamakan dengan bahasa
Indonesia artinya bisa sangat jauh.
Misalnya saja dalam bahasa Inggris sang pramugari menyebut if
you need something please call our staff, tetapi jika kata-kata ini
diterjemahkan dalam bahasa Melayu menjadi jika nak butuh sesuatu silakan kontak
kaki tangan kami. Ungkapan kaki tangan membuat saya tertawa terbahak-bahak. Itu
sekelumit perbedaan bahasa yang memang membuat kelucuan tersendiri. Akan
tetapi, bagaimanapun Melayu dan Indonesia masih satu rumpun dan tentu saja
bersaudara erat.
Singkat kata akhirnya saya menjejakkan kaki saya untuk kali pertama di luar Tanah Air saya. Karena ini yang pertama saya membaca dengan seksama semua petunjuk begitu mendarat di LCCT. Tujuan berikutnya adalah bagaimana saya bisa sampai di KL Sentral. Karena tak ada saudara maupun kawan yang menjemput saya di bandara. Maklum letak LCCT yang cukup jauh dari pusat kota menjadi alasan utama mengapa saya tak mungkin meminta teman saya untuk menjemput.
Singkat kata akhirnya saya menjejakkan kaki saya untuk kali pertama di luar Tanah Air saya. Karena ini yang pertama saya membaca dengan seksama semua petunjuk begitu mendarat di LCCT. Tujuan berikutnya adalah bagaimana saya bisa sampai di KL Sentral. Karena tak ada saudara maupun kawan yang menjemput saya di bandara. Maklum letak LCCT yang cukup jauh dari pusat kota menjadi alasan utama mengapa saya tak mungkin meminta teman saya untuk menjemput.
Dari bandara ke KL Sentral ada banyak cara untuk
menempuhnya. Jika tak ingin susah payah bisa menggunakan taksi, tetapi tentunya
harganya akan sangat mahal karena perjalanan ini memakan waktu sekitar 45
hingga 60 menit. Namun, jika ingin yang super murah bisa menggunakan jasa bus yang
tiketnya hanya sekitar 8 ringgit. Bus ini tersedia di dekat pintu keluar di
area bandara. Ada beberapa jenis bus seperti aero bus ataupun sky bus, tapi
jangan salah tujuan karena bus ini juga melayani penumpang tujuan KLIA alias
bandara utama di KL.
Sirkuit Sepang, area LCCT, Malaysia/rid |
Keluar dari LCCT pemandangan yang tersaji adalah kawasan
perkebunan kelapa sawit. Sejauh mata memandang yang terhampar adalah sawit. Begitu
keluar dari LCCT saya penasaran akan satu hal yakni mencari Sirkuit Sepang.
Sayangnya, saat saya bertandang balapan MotoGP kesukaan saya belum menyambangi
sirkuit ini. Sebab, balap kelas premier ini baru akan hadir di Malaysia setiap
bulan Oktober. Meski saat itu masih kurang satu bulan dari penyelenggaraan
MotoGP di Sepang, tetapi promosi sudah gencar dilakukan.
Alhasil saya hanya bisa melihat Sepang dari kejauhan serta
menilik board bergambar empat pembalap papan atas dunia, Valentino Rossi, Jorge
Lorenzo, Dani Pedrosa dan tentu saja si baby alien idola saya sekaligus juara
dunia MotoGP 2013, Marc Marquez. Setiap kali MotoGP mampir di Sepang selalu
menjadi balapan yang sarat emosi terutama bagi tim Gresini Honda.
Publik tak bisa melupakan insiden maut Oktober 2011 di
Sepang yang merenggut nyawa sahabat karib Rossi, Marco Simoncelli. Pembalap
Italia ini tewas di lintasan setelah mengalami crash hebat yang berujung pada
kematian. Hingga kini Rossi selalu menggelar peringatan atas mendiang kawannya
ini ketika membalap di Sepang.
Tempat penukaran koin untuk transportasi di KL/rid |
Sampai di KL Sentral, atau terminal dari segala transportasi
darat di Kuala Lumpur saya terpana saking luasnya. Sistem transportasi di
negeri yang menganut sistem kerajaan ini super canggih. Pelayanannya tersentral
dan terintegrasi dengan baik mulai dari armada jenis bus, monorel, LRT hingga
KTM. Pembayarannya pun dipermudah dengan adanya kartu elektronik. Jika tidak,
bisa juga menggunakan koin yang diterima saat kita menukar uang ringgit kita
dalam jumlah tertentu.
Hari beranjak malam
dan saya menghabiskan hari pertama saya di ibu kota Malaysia ini dengan
memandangi tarian air mancur di depan twin tower KLCC. Orkesra mengalun
mengiringi lekukan air mancur yang menari-nari berpadu dengan cahaya lampu
menghadirkan eksotisme tersendiri. Selepas ini saatnya beristirahat karena esok
ada tempat-tempat baru yang sayang untuk dilewatkan.
Twin Tower dengan tarian air mancurnya/rid |
untung ra ilang kowe..haha
BalasHapusweh, kw berharap aku ra mulih ngunuh..yoh...kw.
BalasHapuskudune kw nek papua ae rasah balik Jawa... ^_^
wahhhh kembali tergodaaa, nyepakke ngurus paspor yg tertundaa hahaa
BalasHapussegera dilaksanaken Nul, jangan sekadar berwacana...kalau sudah ada senjata sakti ituh mau kemana aja ready to go...hahaha
BalasHapusah neng biak sepi,paling pol kuwi toserba, ra enek mol
BalasHapusneng biak sepi, ra enek mol,paling pol toserba tok
BalasHapusndi kowe ra gowo oleh2 ki py karepe??
BalasHapushahaha...oh iyo ya, ki ijek bungkus plastik e. gelem ra? mulio...hahaha
BalasHapus