Keinginan untuk
traveling singkat muncul begitu saja
di benak saya. Sedikit bosan dengan rutinitas serta hawa Kota Solo tiba-tiba
terlintas Semarang. Saya ingin melihat kebesaran Laksamana Cheng Ho yang
terkenal seantero jagat itu. Selain Klenteng Sam Poo Kong yang super besar yang
saya temui di ibukota Jawa Tengah ini, saya menjumpai sebuah klenteng di sudut
Pecinan Kota Semarang.
Tay Kak Sie
nama klenteng yang terletak di Jalan Gang Lombok, Kota Semarang ini. Ia berada
di sela-sela hiruk pikuk kawasan Pecinan, Semawis. Setelah puas menyusuri pasar
malam Pecinan, saya ditemani keluarga mengambil jalan pintas untuk kembali ke
mobil. Mata saya tertohok pada sebuah patung berwarna putih raksasa yang berada
di pelataran yang cukup luas.
Mulanya saya
ingin melihat patung siapa yang berdiri kokoh seakan menantang langit itu. Ternyata
sosok Cheng Ho lagi-lagi muncul. Hebat nian panglima perang asal daratan China
ini. Cheng Ho gagah berdiri di depan klenteng yang konon paling tua yang
dibangun sekitar tahun 1746 ini.
Di depan
Cheng Ho ada Buddha yang duduk di bawah pohon besar. Patung sosok Buddha itu
tanpa ekspresi namun menggambarkan kedamaian dan harmoni alam. Ia duduk bersila
seperti patung Buddha lainnya yang banyak kita jumpai.
Tay Kak Sie
malam itu sedang bersolek. Lilin berwarna merah menyala di setiap sudut yang
tampak dari luar. Maklum, sebentar lagi akan datang Imlek. Tentunya klenteng
ini akan sangat ramai para jamaah yang ingin beribadah di tahun baru China ini.
Namun, nuansanya sedikit berbeda dengan Imlek di Solo. Mungkin karena bangunannya
juga yang terlihat lebih kecil. Akan tetapi, ia masih benar-benar kokoh berdiri
meski sudah ratusan tahun lamanya.
Saya agak
ragu untuk masuk ke dalam karena takut mengganggu warga yang tengah beribadah
di dalam klenteng. Saya kemudian memperhatikan Om dan Tante saya yang tengah
asik berbincang dengan lelaki keturunan China yang berusia lanjut. Dia tengah
duduk santai di depan Cheng Ho yang berkilau terkena sorot lampu jalan.
“Iya ini
Cheng Ho. Patung ini dibuat dari batu alam asli. Batunya didatangkan langsung
dari China. Patung ini terbagi dalam dua bagian. Yang paling bawah sebagai
tumpuannya sedangkan badan Cheng Ho ini dipahat langsung dari batu aslinya,”
tutur kakek yang belakangan saya ketahui bernama Riyanto.
Cheng Ho
dari batu alam ini terbilang penghuni baru di kompleks ini. Setidaknya ia baru
selesai dibuat belum genap satu tahun. Kakek
yang bernama China Dong Fu ini telah cukup lama menjaga Tay Kak Sie. Namun, ia
lebih dulu mengabdi di klenteng yang ada di Welahan. Ia lalu memilih Tay Kak Sie
yang lebih dekat dengan rumahnya. Di samping itu, usia yang tak lagi muda
membuatnya tak bisa bekerja dengan beban berat lagi.
Kakek Dong
Fu menjelaskan sekelumit kisah Tay Kak Sie dan berujung pada keinginan saya
menelisik setiap jengkal klenteng yang seperti mempunyai dragon ball di atapnya
itu. Seperti klenteng pada umumnya yang dilengkapi dengan pintu besar di bagian
depan.
“Imlek di
sini memang sederhana tidak perlu meriah-meriah. Warga yang lanjut usia
dikumpulkan dan mereka akan mendapatkan angpao dari para dermawan. Jumlahnya
cukup lah sekitar Rp125.000,” terang kakek yang telah beruban ini sembari
menerangkan perayaan Imlek di Tay Kak Sie.
Saya kira
orang yang berada di dalam klenteng akan melarang kami untuk masuk. Sebaliknya,
warga keturunan China yang berada di sana justru mempersilakan kami masuk. Mereka
sama sekali tak terganggu dengan kehadiran saya serta keluarga.
Pilar-pilar
yang menjadi tonggak Tay Kak Sie masih benar-benar kayu jati asli kualitas nomor
satu. Benda itu menjulang menopang langit-langit yang berwarna hitam pekat. Saya
pikir hanya akan ada beberapa patung dewa di tempat pemujaan ini. Ternyata saya
salah, jumlahnya puluhan. Mereka diletakkan di ruang utama dan dua ruang yang
ada di kanan kirinya.
“Ada 33 dewa
di sini. Jadi tidak cuma satu dua seperti di Sam Poo Kong atau lainnya. Jadi ini
klenteng besar,” terang seorang ibu yang juga penjaga klenteng.
Tay Kak Sie
mempunyai dewa yang bertindak sebagai tuan rumah, Guan Yin Pu Sa (Kwan Lem Po
Sat). Selain itu dewa-dewi lainnya seperti Sam Koan Tay Te, Kwan Im Po Sat, Sam
Po Hud, Thian Siang Seng Boo, Sam Po Tay Jin (Sam
Po Kong), Cap Pwee Lo Han, Po Seng Tay Te, Seng Hong Lo Ya, Kong Tik Cun Ong
dan Te Cong Po Sat.
Senang bisa
merasakan denyut Imlek yang membaur di tanah Jawa ini. Semoga memberi kedamaian
berbalut harmoni kerukunan dengan tetap saling menghormati dan menghargai satu
sama lain.
Patung Cheng Ho di depan Tay Kak Sie lebih bergaya yaa meskipun tak sebesar Patung Cheng Ho di Sam Po KOng. *pentingbangettt* hehehhehee...
BalasHapus*blogwalking*
iya sis, ganteng banget tu patung dari batu warna putih asli dari negeri tirai bambu, hahahaha
HapusWajib dikunjungi kalau ke Semarang nih...
BalasHapussila dicoba kakak...
BalasHapus