Kamis, 07 Februari 2013

Sejuta Pesan Damai dari Tay Kak Sie



Keinginan untuk traveling singkat muncul begitu saja di benak saya. Sedikit bosan dengan rutinitas serta hawa Kota Solo tiba-tiba terlintas Semarang. Saya ingin melihat kebesaran Laksamana Cheng Ho yang terkenal seantero jagat itu. Selain Klenteng Sam Poo Kong yang super besar yang saya temui di ibukota Jawa Tengah ini, saya menjumpai sebuah klenteng di sudut Pecinan Kota Semarang.
Tay Kak Sie nama klenteng yang terletak di Jalan Gang Lombok, Kota Semarang ini. Ia berada di sela-sela hiruk pikuk kawasan Pecinan, Semawis. Setelah puas menyusuri pasar malam Pecinan, saya ditemani keluarga mengambil jalan pintas untuk kembali ke mobil. Mata saya tertohok pada sebuah patung berwarna putih raksasa yang berada di pelataran yang cukup luas.
 


Mulanya saya ingin melihat patung siapa yang berdiri kokoh seakan menantang langit itu. Ternyata sosok Cheng Ho lagi-lagi muncul. Hebat nian panglima perang asal daratan China ini. Cheng Ho gagah berdiri di depan klenteng yang konon paling tua yang dibangun sekitar tahun 1746 ini.
Di depan Cheng Ho ada Buddha yang duduk di bawah pohon besar. Patung sosok Buddha itu tanpa ekspresi namun menggambarkan kedamaian dan harmoni alam. Ia duduk bersila seperti patung Buddha lainnya yang banyak kita jumpai.

Tay Kak Sie malam itu sedang bersolek. Lilin berwarna merah menyala di setiap sudut yang tampak dari luar. Maklum, sebentar lagi akan datang Imlek. Tentunya klenteng ini akan sangat ramai para jamaah yang ingin beribadah di tahun baru China ini. Namun, nuansanya sedikit berbeda dengan Imlek di Solo. Mungkin karena bangunannya juga yang terlihat lebih kecil. Akan tetapi, ia masih benar-benar kokoh berdiri meski sudah ratusan tahun lamanya.
Saya agak ragu untuk masuk ke dalam karena takut mengganggu warga yang tengah beribadah di dalam klenteng. Saya kemudian memperhatikan Om dan Tante saya yang tengah asik berbincang dengan lelaki keturunan China yang berusia lanjut. Dia tengah duduk santai di depan Cheng Ho yang berkilau terkena sorot lampu jalan.
“Iya ini Cheng Ho. Patung ini dibuat dari batu alam asli. Batunya didatangkan langsung dari China. Patung ini terbagi dalam dua bagian. Yang paling bawah sebagai tumpuannya sedangkan badan Cheng Ho ini dipahat langsung dari batu aslinya,” tutur kakek yang belakangan saya ketahui bernama Riyanto. 


Cheng Ho dari batu alam ini terbilang penghuni baru di kompleks ini. Setidaknya ia baru selesai dibuat belum genap satu tahun.  Kakek yang bernama China Dong Fu ini telah cukup lama menjaga Tay Kak Sie. Namun, ia lebih dulu mengabdi di klenteng yang ada di Welahan. Ia lalu memilih Tay Kak Sie yang lebih dekat dengan rumahnya. Di samping itu, usia yang tak lagi muda membuatnya tak bisa bekerja dengan beban berat lagi.
Kakek Dong Fu menjelaskan sekelumit kisah Tay Kak Sie dan berujung pada keinginan saya menelisik setiap jengkal klenteng yang seperti mempunyai dragon ball di atapnya itu. Seperti klenteng pada umumnya yang dilengkapi dengan pintu besar di bagian depan.
“Imlek di sini memang sederhana tidak perlu meriah-meriah. Warga yang lanjut usia dikumpulkan dan mereka akan mendapatkan angpao dari para dermawan. Jumlahnya cukup lah sekitar Rp125.000,” terang kakek yang telah beruban ini sembari menerangkan perayaan Imlek di Tay Kak Sie.
Saya kira orang yang berada di dalam klenteng akan melarang kami untuk masuk. Sebaliknya, warga keturunan China yang berada di sana justru mempersilakan kami masuk. Mereka sama sekali tak terganggu dengan kehadiran saya serta keluarga.
Pilar-pilar yang menjadi tonggak Tay Kak Sie masih benar-benar kayu jati asli kualitas nomor satu. Benda itu menjulang menopang langit-langit yang berwarna hitam pekat. Saya pikir hanya akan ada beberapa patung dewa di tempat pemujaan ini. Ternyata saya salah, jumlahnya puluhan. Mereka diletakkan di ruang utama dan dua ruang yang ada di kanan kirinya. 

“Ada 33 dewa di sini. Jadi tidak cuma satu dua seperti di Sam Poo Kong atau lainnya. Jadi ini klenteng besar,” terang seorang ibu yang juga penjaga klenteng.
Tay Kak Sie mempunyai dewa yang bertindak sebagai tuan rumah, Guan Yin Pu Sa (Kwan Lem Po Sat). Selain itu dewa-dewi lainnya seperti Sam Koan Tay Te, Kwan Im Po Sat, Sam Po Hud, Thian Siang Seng Boo, Sam Po Tay Jin (Sam Po Kong), Cap Pwee Lo Han, Po Seng Tay Te, Seng Hong Lo Ya, Kong Tik Cun Ong dan Te Cong Po Sat.
Senang bisa merasakan denyut Imlek yang membaur di tanah Jawa ini. Semoga memberi kedamaian berbalut harmoni kerukunan dengan tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain.  


4 komentar:

  1. Patung Cheng Ho di depan Tay Kak Sie lebih bergaya yaa meskipun tak sebesar Patung Cheng Ho di Sam Po KOng. *pentingbangettt* hehehhehee...
    *blogwalking*

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sis, ganteng banget tu patung dari batu warna putih asli dari negeri tirai bambu, hahahaha

      Hapus
  2. Wajib dikunjungi kalau ke Semarang nih...

    BalasHapus