Sabtu, 14 Juli 2012

Tenongan dan Nyadran Pererat Persaudaraan



Pagi-pagi benar warga Dukuh Kuncen, Desa Samiran, Kecamatan Selo sudah tampak rapi. Mereka sengaja berdandan khusus untuk hari istimewa yakni sadranan. Ritual sadranan di dukuh ini digelar pada hitungan kalender Jawa, 22 bulan Ruwah yang jatuh pada hari Jumat tanggal 13 Juli.
Ratusan kepala keluarga beserta keluarganya pun berbondong-bondong pergi ke makam Mbah Kuncen yang terletak di lereng Merapi ini. Mereka pun telah bekerja bakti membersihkan makam yang dipercaya sebagai tempat istirahatnya leluhur Dukuh Kuncen ini.
Tak lupa pula warga ini membawa tenongan. Yakni, tempat penyimpanan berbentuk bulat dan berisi aneka makanan. Tenongan ini hanya bisa didapati saat musim sadranan saja.
Salah satu warga, Suwarno menuturkan, ritual ini sudah turun-temurun ada sejak puluhan tahun lalu. Awalnya, sadranan dengan maksud mendoakan para leluhur maupun anggota keluarga yang telah meninggal dunia ini diikuti beberapa keluarga saja. Akan tetapi, pada perjalanannya semakin banyak masyarakat yang turut serta.



“Warga berkumpul di makam kemudian diadakan tahlilan. Ini dimaksudkan mendoakan leluhur yang sudah lebih dulu meninggal dunia,” katanya.
Suwarno pun bercerita, mereka yang ikut nyadran bukan hanya warga Kuncen saja melainkan masyarakat yang memunyai anggota keluarga yang dimakamkan di dukuh ini. Ketika doa-doa usai dipanjatkan, warga mulai membuka tenongan dan saling berbagi makanan.

Makanan yang dibawa dan disajikan beraneka macam kecuali nasi. Ada yang berupa jadah, wajik, roti hingga buah-buahan seperti kelengkeng, jeruk dan semangka.
Warga lain, Nardi mengungkapkan, selepas berdoa di makam, warga setempat biasanya saling berkunjung. Mereka mendatangi tetangga-tetangga dengan maksud bersilaturahmi.
Di masing-masing rumah pun telah disediakan makanan. Mulai dari makanan ringan sampai nasi dan lauk-pauk. Menurutnya, ramainya sadranan lebih meriah dibandingkan saat Lebaran tiba.


“Sadranan  di sini sudah sejak tahun 1954. Awalnya hanya 8 KK kini diikuti sekitar 230KK,” katanya.
Ia berharap, sadranan ini bisa mempererat persaudaran baik antar warga setempat maupun dengan warga lain. Di samping itu, nyadran menjadi sarana saling berkunjung dan silaturahmi keluarga dekat dan jauh.

0 Komentar:

Posting Komentar