Pagi-pagi benar warga Dukuh Kuncen, Desa Samiran,
Kecamatan Selo sudah tampak rapi. Mereka sengaja berdandan khusus untuk hari
istimewa yakni sadranan. Ritual sadranan di dukuh ini digelar pada hitungan
kalender Jawa, 22 bulan Ruwah yang jatuh pada hari Jumat tanggal 13 Juli.
Ratusan kepala keluarga beserta keluarganya pun
berbondong-bondong pergi ke makam Mbah Kuncen yang terletak di lereng Merapi
ini. Mereka pun telah bekerja bakti membersihkan makam yang dipercaya sebagai tempat
istirahatnya leluhur Dukuh Kuncen ini.
Tak lupa pula warga ini membawa tenongan. Yakni,
tempat penyimpanan berbentuk bulat dan berisi aneka makanan. Tenongan ini hanya
bisa didapati saat musim sadranan saja.
Salah satu warga, Suwarno menuturkan, ritual ini
sudah turun-temurun ada sejak puluhan tahun lalu. Awalnya, sadranan dengan
maksud mendoakan para leluhur maupun anggota keluarga yang telah meninggal
dunia ini diikuti beberapa keluarga saja. Akan tetapi, pada perjalanannya
semakin banyak masyarakat yang turut serta.
“Warga berkumpul di makam kemudian diadakan
tahlilan. Ini dimaksudkan mendoakan leluhur yang sudah lebih dulu meninggal
dunia,” katanya.
Suwarno pun bercerita, mereka yang ikut nyadran
bukan hanya warga Kuncen saja melainkan masyarakat yang memunyai anggota
keluarga yang dimakamkan di dukuh ini. Ketika doa-doa usai dipanjatkan, warga
mulai membuka tenongan dan saling berbagi makanan.
Makanan yang dibawa dan disajikan beraneka macam
kecuali nasi. Ada yang berupa jadah, wajik, roti hingga buah-buahan seperti
kelengkeng, jeruk dan semangka.
Warga lain, Nardi mengungkapkan, selepas berdoa di
makam, warga setempat biasanya saling berkunjung. Mereka mendatangi
tetangga-tetangga dengan maksud bersilaturahmi.
Di masing-masing rumah pun telah disediakan makanan.
Mulai dari makanan ringan sampai nasi dan lauk-pauk. Menurutnya, ramainya
sadranan lebih meriah dibandingkan saat Lebaran tiba.
“Sadranan di
sini sudah sejak tahun 1954. Awalnya hanya 8 KK kini diikuti sekitar 230KK,”
katanya.
Ia berharap,
sadranan ini bisa mempererat persaudaran baik antar warga setempat maupun
dengan warga lain. Di samping itu, nyadran menjadi sarana saling berkunjung dan
silaturahmi keluarga dekat dan jauh.
0 Komentar:
Posting Komentar