Masjid Baiturrahman, Banda Aceh/rid |
Saat bencana tsunami melanda Aceh, saya masih duduk di Kelas
III SMA. Saya hanya mampu ternganga dan menatap pilu bagian dari bumi Indonesia yang
tengah diterpa bencana superdahsyat yang meluluhlantahkan lebih dari separuh
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini pada tahun 2004 silam. Saya tak bisa
membayangkan betapa pilu dan menderitanya saudara se-Tanah Air saat itu. Selain
berdoa untuk keselamatan mereka, saya dan beberapa teman pun membantu lewat
uang saku yang kami sisihkan melalui sebuah rekening salah satu stasiun televisi
swasta. Meskipun tak seberapa, minimal kami membantu semampu kami.
Setelah sembilan tahun berlalu, Tuhan memperkenankan saya
menapakkan kaki di bumi Serambi Mekkah ini tepatnya di Banda Aceh. Tempat-tempat yang menjadi saksi
ganasnya tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 membawa saya dan empat kawan
saya mendamparkan diri di provinsi paling barat Indonesia ini. Tepatnya, Mei
2013 lalu kami berkesempatan untuk menjadi saksi sisa-sisa betapa Maha Kuasanya
Tuhan yang menciptakan bumi dan seisinya ini.
Tak hanya nikmat tetapi, manusia juga diuji lewat berbagai
halangan dan rintangan. Bencana sembilan tahun lalu itu meluluhlantahkan 60% bumi Aceh
serta menewaskan kurang lebih 75.000 korban jiwa.
Saya dan kawan-kawan dibuat kaget karena kami tak perlu
mengeluarkan banyak ongkos untuk membeli tiket untuk menyambangi beberapa
tempat bersejarah peninggalan bencana alam tsunami di Aceh ini. Bahkan, hampir
semuanya gratis.
Museum Tsunami Aceh/rid |
Pertama, Anda wajib mengunjungi Museum Tsunami Aceh yang
terletak di pusat kota.
Museum ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil yang sekarang menjabat sebagai Walikota
Bandung ini dibangun sebagai monumen simbolis memperingati bencana tsunami.
Museum ini terdiri dari empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding
lengkungnya ditutupi relief geometris. Di dalamnya, pengunjung masuk melalui
lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi — untuk
menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami. Jika dilihat dari atas,
atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung
tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami.
Saya benar-benar merasa merinding saat memasuki
lorong-lorong di museum ini. Terlebih saat masuk ke sebuah ruangan gelap yang
jika dilihat lebih detail pada temboknya
terpampang nama-nama korban tsunami yang meninggal dunia dengan bagian paling
atas dan ujung bertuliskan lafal Allah dalam bahasa Arab. Tak henti-hentinya
saya berdoa bagi mereka yang telah dipanggil yang Maha Pencipta agar
mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
Museum ini juga dilengkapi dengan ruangan audio visual
yang menayangkan film dokumenter tsunami Aceh. Film pendek ini memberikan
gambaran kepada kami betapa mengerikannya tsunami yang membuat bumi Aceh
porak-poranda. Bangunan rusak parah, rumah dan kendaraan hanyut hingga
manusianya turut menjadi korban.
Kedua, Anda harus melihat lebih dekat Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) Apung yang terseret sejauh 5 km dari lepas Pantai Ulee
Lheue. Kapal berbobot 2.600 ton ini terdorong ke daratan sejauh oleh dahsyatnya
tsunami hingga ke Gampong Punge Blang Cut, Banda Aceh. Kini PLTD ini tak lagi
difungsikan dan diabadikan sebagai salah satu tempat bersejarah tsunami Aceh.
Bayang pun, kapal PLTD apung yang mulanya terletak di tengah
laut bisa terseret jauh ke daratan karena bencana ini. Saat saya melihat
langsung kapal ini besarnya seperti kapal pesiar. Saya tak bisa membayangkan
gelombang sedahsyat apa yang bisa membawa kapal raksasa ini terlempar ke
daratan.
Monumen Kapal di Atas Rumah/rid |
Ketiga, monumen kapal di atas rumah yang terletak di
Lampulo. Kapal ini menyelamatkan 59 jiwa saat tsunami menerjang Desa Lampulo.
Kini kapal ini dibiarkan berada di atas atap rumah seperti tahun 2004 lalu dan
menjadi bagian dari situs tsunami. Keterkejutan saya tak habis-habis. Sungguh
tak masuk akal ada kapal nangkring di atas rumah jika bukan karena bencana yang
begitu hebatnya menerpa Aceh ini.
Desa Lampulo sendiri merupakan daerah yang paling parah
rusaknya saat tsunami 2004 lalu. Kapal nelayan sepanjang 18 meter itu kini
tersangkut di lantai 2 rumah milik Ibu Abasiah, yang menjadi salah satu korban
tsunami yang selamat.
Meski hari masih siang, memasuki area ini perasaan pilu
mendadak menyelimuti. Bukan hanya puluhan atau ratusan orang yang dimakamkan di
area yang ditutupi rumput hijau seperti lapangan bola ini. Akan tetapi, belasan
ribu ! Allahu Akbar ! Semoga mereka yang sudah berpulang khusnul khatimah, amin.
Lokasi kuburan massal ini sendiri terletak di halaman dekat bekas
gedung RSUD Meuraxa, Banda Aceh. Korban belasan ribu jiwa ini yang dikubur
dalam satu liang tanpa nisan. Hanya terdapat tiang penanda dari besi sebagai
tanda kuburan untuk orang dewasa dan kuburan anak anak.
Masjid Baiturrahim/rid |
Kelima, Masjid Baiturrahim, Ulee Lheue. Masjid ini merupakan
satu-satunya bangunan yang masih berdiri tegak di Ulee Lheue saat tsunami
terjadi 26 Desember 2004. Masjid ini sangatlah bersejarah karena merupakan
peninggalan Sultan Aceh pada abad ke-17. Saat itu masjid tersebut bernama
Masjid Jami’ Ulee Lheu. Pada 1873 ketika Masjid Raya Baiturrahman dibakar
Belanda, semua jamaah masjid terpaksa melakukan salat Jumat di Ulee Lheue dan sejak
saat itu namanya menjadi Masjid Baiturrahim. Ketika tsunami hanya 20% bangunan
dari masjid ini yang rusak. Selebihnya, rumah untuk beribadah umat Islam ini
masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Replika Masjid Baiturrahman Banda Aceh/rid |
Keenam, Masjid Raya Baiturrahman. Adalah sebuah
masjid yang berada di pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan
masjid Kesultanan Aceh. Masjid ini sempat dibakar saat Belanda menyerang Aceh
pada 1873 namun, dibangun kembali pada 1875.
Masjid ini diperluas hingga memiliki 7 kubah dan empat menara serta
dapat menampung hingga 9.000 jamaah. Saat tsunami, masjid ini masih berdiri
kokoh. Peristiwa ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur, berlaku arif,
rendah hati dan meminta pertolongan serta perlindungan hanya kepada Allah yang
Maha Kuasa.
Templatenya keren euy!
BalasHapusTerima kasih, Pak
Hapuswah penjelasan buat gambar mesjid baiturrahim mana ya ?
BalasHapuskok ga ada ?
http://musikanegri.blogspot.com/2014/04/gunongan-bukti-cinta-sultan-kharismatik.html
mditunggu komentarnya
iya mas, mau ditambah belum sempat-sempat.
HapusTerima kasih sudah mengingatkan
Aceh memang indah... Saya selalu dibuat kagum dengan kebaikan orang2 Aceh. Museum Tsunami, suatu hari saya ingin ke sana. Insya Allah..
BalasHapusamien....
Hapusmantap. jangan lupa mampir kemari ya : http://charmingaceh.blogspot.com/2014/04/jangan-ke-banda-aceh.html
BalasHapusoke
Hapusjangan lupa mampir kemari ya : http://bandaacehvisit.blogspot.com/2014/04/banda-aceh-icon-para-cendekia-aceh.html
BalasHapusoke
Hapusjangan berhenti mempublikasi Banda Aceh bansingom donya. lomba bukan segala-galanya kalah menang biasa. sukses terus. oya jangan lupa juga di comen tulisan di link ini ya..plese dech.http://informasi-syarif.blogspot.com/2014/03/hutan-kota-icon-paru-paru-serambi-mekkah.html
BalasHapusiya pak... siyapppp
Hapustrus berkicau lewat tulisannya, oya jangan lupa mampir ditulisan kami juga ya? ditunggu. trimk. http://informasi-syarif.blogspot.com/2014/03/hutan-kota-icon-paru-paru-serambi-mekkah.html
BalasHapusterima kasih
BalasHapusmenarik tulisannya... bagus dna saya suka..
BalasHapusterima kasih
Hapus
BalasHapusUndangan Menjadi Peserta Lomba Review Website berhadiah 30 Juta.
Selamat Siang, setelah kami memperhatikan kualitas tulisan di Blog ini.
Kami akan senang sekali, jika Blog ini berkenan mengikuti Lomba review
Websitedari babastudio.
Untuk Lebih jelas dan detail mohon kunjungi http://www.babastudio.com/review2014
Salam
Baba Studio